To Share or Not to Share

10.48

* dimuat di MommiesDaily

Sejak hamil Ayesha saya memang enggak niat untuk tidur pisah dengan dia. Alasannya:

  1. Harga baby crib yang kuat, besar dan bisa dipakai hingga anak usia balita, ternyata muahal ya! Setelah hunting dari beberapa toko bayi dan furniture, duit di kantong enggak cukup euy. Pesan ke tukang furniture? Ah enggak sempat, terutama males, belum pilih kayu, cat, kudu ngecek setiap saat. Kayaknya malah bikin capek badan, mana keadaan saya lagi hamil.
  2. Ehm, saya termasuk golongan orang yang tidurnya kebluk alias kalau tidur nyenyak banget. Tetangga lagi dangdutan pun enggak masaalah kok, saya tetap bisa tidur pulas. Lha kalau bayiku tidur terpisah, piye kalau aku tidak mendengar tangisannya?
  3. Saya enggak punya babysitter, mau dengan pamrih bantu angkat bayi keluar masuk crib-nya sementara saya leyeh-leyeh istrirahat pemulihan pasca persalinan.
Jadi sejak pertama Ayesha pulang dari RS Bersalin, dia selalu tidur di samping saya. Suamikuh? Dia cukup legawa diminta tidur di bawah. Bertiga? Gak mungkin, badan kita gede semua, tempat tidur ukuran queen, amit-amit kalau bayinya ketindihan.
Tapi ternyata tidur di lantai, biarpun pakai kasur, bikin badan suami remuk redam. Tiap bangun pagi selalu aja sakit punggung, masuk angin, minta kerokan, minta dipijat. Kasihan ya.
Daripada setiap hari denger keluhannya, akhirnya single bed jaman saya masih ting-ting, dibawa masuk kamar dan ditaruh tepat di sebelah tempat tidur saya dan Ayesha. Jadilah kamar mungil kita berisi 2 beds, 4 lemari, 2 rak. Kamar serasa gudang >_<

Tidur bareng dengan bayi dalam 1 kasur memang menghemat energi terutama pas malam hari. Bayi kan suka bangun tengah malam, entah pipis (Ayesha jarang pake pospak), pup atau minta nyusu. Kalau mau nyusuin bayi, jadi saya tinggal bangun, duduk di kasur, buka 'lapak', nenenin, taruh di kasur lagi, kelonin bentar, dianya bobok lagi, saya juga kembali tidur. Selesai.
Sama ketika dia pee/pup, tinggal buka popoknya, bersihin bab/bak, pasang popok lagi, tanpa harus bolak balik angkat dia dari tempat tidur ke crib.
Saya yang tadinya golongan 'kebluk' entah kenapa jadi otomatis terbangun kalau Ayesha lagi terjaga di malam hari. Naluri alamiah ibu kali ya.Alhamdulillah sejak bayi, Ayesha hampir enggak pernah menangis/rewel atau melek lama di malam hari. Malahan sejak umur 2 bulan, dia sudah mempunyai pola tidur malam secara otomatis i.e tidur jam 8 bangun jam 5 pagi. Uenak tenan.

Ayesha bakal lulus balita bulan depan. She's growing so fast.
Tidurnya masih bertiga dengan saya dan suami. Bukannya saya enggak pernah mengajarkan tidur terpisah, ya. Sesekali saya ngerayu dia buat tidur di tempat tidur single punya ayahnya, biasanya pas tidur siang. Sesekali dia mau, tapi lebih banyak enggaknya. Alasannya, "Itu punya ayah. Aku yang besar sama Bunda."
Tidur malam? Oh sudah pasti langsung melungker di tengah2, kalaupun pernah tidur di tempat tidur single, itu karena ketiduran. Saya enggak maksa dia harus bisa tidur sendiri. Lha kalau dianya belum juga siap gimana, ntar malah trauma lagi.

Katanya, tidur kelonan itu identik dengan budaya timur yang kuno. Etapi kata Dr. William Sears, dokter anak dari Amrik sono, bilang kalau co-sleeping/bed-sharing banyak manfaatnya buat orangtua tua dan anak.

  • Bayi tidur lebih nyaman.
  • Mengurangi SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)
  • Bayi tumbuh menjadi anak yang sehat secara psikologis
Tapi kelonan juga dilarang kalau orangtuanya adalah pemabuk atau pemakai narkoba. Ya, iyalah....

Kayaknya untuk mengajarkan kemandirian pada anak enggak hanya terbatas pada tidur terpisah sama anak aja. Karena ART less, mau enggak mau, saya minta Ayesha melakukan hal-hal sederhana yang memang sudah seharusnya dia bisa lakukan sendiri. Mulai dari ambil minum sendiri, makan sendiri (tapi suka kocar-kacir, lama, dan sedikit -huffff), copot baju sendiri, pakai baju sendiri, pipis sendiri, taruh piring di cucian, taruh baju di mesin cuci, beresin mainan, pakai sepatu/kaus kaki sendiri. Kadang kalau saya bener-bener repot di pagi hari, saya minta dia sabunan dan sikat gigi sendiri. Kadang dia juga duduk di dapur nungguin saya masak, atau bantuin saya siram tanaman, sambil main air tentunya.

Bantu Bunda ya, Nak....

Terus terang saya belum tega memaksa Ayesha untuk berani tidur sendiri, selain kamarnya juga belum ada. Maklum rumah tipe 4L (loe lagi loe lagi). Tapi saya yakin kalau seiring bertambahnya usia Ayesha, dia akan mengalami fase pemandirian diri dan butuh ruang privacy sendiri. Di titik itulah dia akan menolak tidur bareng orang tuanya lagi dan minta dibuatkan kamar sendiri. Wah, pasti saya bakalan susah buat 'disapih'.

Kalau tidur kelonan dianggap membuat anak manja, kayaknya enggak deh. Buktinya, saya, suami, kakak, sepupu, tante, semuanya juga dikelonin waktu kecilnya, tapi pas udah gede juga bisa mandiri dan hidup terpisah dari orangtua.
Jadi sekarang ini saya benar-benar menikmati momen tidur bareng Ayesha setiap harinya. Melihat wajah anak ketika tidur  itu memang enggak ada duanya. Belum lagi dua kata yang keluar dari bibir mungilnya setiap selesai berdoa, "Bunda, peluk!"

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe