A two-day holiday in Solo

12.34

Liburan semesteran ini kita pilih mampir ke kota Solo.Mampir? Iya, soalnya cuman 2 hari aja kok. Kota budaya ini suasananya ayem, tentrem, dan njawani.  Cocok buat saya yang tidak terlalu suka liburan ala metropolis.


Kita biasanya menginap di Ibis Hotel. Selain harganya yang relative masih terjangkau, Ibis ini letaknya ada di jalan protocol kota Solo. Fasilitasnya juga lengkap. Ada spa, gym, kolam renang, playground, resto. Di sepanjang jalannya juga terdapat mal2, toko, butik, resto, taman budaya. Jadi kalau mau jalan2, gampang. Jalan kaki atau naik becak, bisa.


Sayangnya pas kita sampai di Solo, hujan turun deres banget. Tadinya sih mau ngajakin Ayesha naik becak sambil jalan2 siang itu, jadinya sepanjang siang sampai sore, saya dan di hotel aja. Ayesha Ayah keluar ada urusan.
Gak lapar tho, Nak?@#)+
Keluar mall, lagi2, masih hujan. Mau cari2 makan di jalan, males basah2an, jadinya langsung pulang ke hotel. Kebetulan di depan hotel ini kalau malam2 ada banyak warung buka. Ada seafood, bakso, penyet-an, makanan padang, nasi liwet. Yang terakhir ini pilihan saya. Satu porsi komplit harganya 8ribu dan dimakan di kamar saja. Dasar ndesoooo!!! Biar komplit makan malamnya (baca: kenyang), dipesanlah pizza dari resto bawah, kebetulan lagi promo *ngirit*.
 toppingnya milih sendiri dan ambil sepuasnya
liwet Yu Jambol

Acara pagi, tentunya,….. berenaaang.  Kolam renang di Ibis bagus, ada yang khusus anak2 dan dewasa, dan ukurannya lumayan besar.  Ayesha bisa tahan berjam2 kalau udah disini.
Selesai berenang dan bersih2, kita langsung sarapan. Menu sarapan di Ibis ini, menurut saya, selain enak, juga cukup beragam dan tidak berlebih. Worth it.

Setelah check out, kita mampir sebentar di pasar Ngarsopuro. Katanya sih kalau malam hari, tempat ini jadi semacam tempat wisata kuliner, tapi waktu semalam lewat kok kosong ya? Apa karena hujan? Jalanan di pasar ini terlihat menarik dimalam hari karena jalanannya yang diterangi oleh lampu2 antik sepanjang jalan. Klasik.




Ternyata pasar ini adalah pasar barang2 antik. Bagi  yang suka barang2 vintage, mungkin bakal asyik ngulik di tempat ini atau mau beli buat cenderamata. Saya disini cuman liat2 dilanjut pulang ke Semarang.

Dalam perjalanan pulang, kita mampir shalat dhuhur di Masjid Nurul Iman, Kalitan. Sengaja sih shalat disini, karena disebelahnya adalah nDalem Kalitan, rumah almh. Ibu Tien Suharto. Ndalem Kalitan ini konon dibeli oleh bu Tien dari seorang bangsawan Mangkunegara pada tahun 1971. Jadi ini bukan rumah bu Tien semasa kecil.
Masyarakat umum boleh masuk. Cukup matur ke penjaga dan menyerahkan ID. Pengunjung diperbolehkan masuk ruang tamu rumah utama ditemani oleh mas2 pengurus rumah tangganya. Foto-foto juga diperbolehkan.

Halamannya luas dan asri. Pohon dan bunga ditanam di berbagai sudut. Di sekeliling pendopo terdapat bangunan2 seperti mess. Katanya sih, kamar2 itu digunakan ajudan dan dokter pribadi alm Pak Harto kalau beliau datang kesini. Pendoponya luas, cocok digunakan untuk leyeh2 dan lesehan. Adem.
Disini terpampang foto alm pak Harto, almh bu Tien dan foto keluarga. Nampak bahwa alm adalah sosok yang bangga akan identitasnya sebagai panglima besar dan sebagai orang Jawa. Biarpun saya lihat fotonya aja, aura kepemimpinan beliau ini memang kuat sekali. Mungkin hanya almh Soekarno saja yang bisa menandinginya. Disini saya sekalian memberitahu Ayesha,
"Ini foto pak Suharto. Dia presiden kedua negara kita. Negara apa? In..."
"donesiaaaaa"

Bangunan rumah utamanya dibiarkan sesuai bentuk aslinya. Masuk ke ruang tamunya ternyata dekorasi dan perabotannya sederhana. Yang bisa dilihat adalah gebyok besar, perabotan jati, foto2 Pak Harto dan Bu Tien dan bangsawan keraton (leluhur Bu Tien), penghargaan 2 yang pernah diterima, dan peralatan makan dari perak. Waktu saya tanya, “Mas, di rumah belakang, perabotannya dari emas ya? Mewah ya” “Enggak Mbak, perabotannya biasa aja kok, seperti yang disini.” 


Kita cuman diperbolehkan lihat ruang tamunya, karena dibelakang nya adalah rumah induk yang digunakan kel pak Harto untuk beristirahat. Luasnya tanahnya mungkin hampir 1 ha, dan ternyata dibelakang nDalem Kalitan ini adalah Paragon.
Menurut saya, nDalem Kalitan ini sangat sederhana dan bersahaja untuk sosok yang diberitakan telah mengkorup uang trilyunan rupiah. Tercenung…*halah*
Eh, celetukan Ayesha membuyarkan lamunan ,“Bunda, aku mau rumah kayak gini. Besaaaaar!!!! Ada ayam, bunga. Aku suka, aku suka!!!” 
Hahaha……..ada2 saja kamu, Nak.Sekarang, mari kita pulang, yuk. Kapan2 kita ke Solo lagi.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe