Nikahan Mba Hany di Kampung Halaman

03.36

"Bulan depan Mba Hany nikah!" "Hah, beneran? Kok mendadak banget? Tanggal berapa?" "12 Nopember" Begitulah nenek kasih kabar baik ini di pertengahan bulan Oktober. Kata nenek, nikahan mbak Hany dibuat sederhana, hanya pesta kecil2an setelah akad nikah dan enggak sebar undangan, hanya kasih kabar ke keluarga dekat via telpon.
Mba Hany ini kakak tertua dari tiga bersaudara, perempuan semua dan aku anak terakhir. Mbakku ini punya hati seluas galaxy, yang merelakan kedua adiknya yang udah kebelet kawin ini untuk nikah duluan. 

Rabu (H-3), kita naik kereta Harina malam turun di Bandung. Selain transit sebentar di rumah mertua di Bandung, kita juga sekalian mau pinjam mobil mertua buat ke Tasikmalaya. Eh ternyata, bapak-ibu mertua mau ikutan ke Tasik dan mau nginep bareng disana. Yasud, siangnya langsung berangkat biar enggak kemalaman sampai disana. Ternyata waktu kita datang ba'da maghrib di rumah Tasik, keluarga Gombong (mbak # 2) udah duluan datang lengkap dengan 2 krucilnya
Setelah kelar ngobrol ngalor ngidul, lepas kangen, unpacking, mandi dsb, saya lihat2 persiapan untuk nikahannya. Karpet sudah digelar di ruang tengah, makanan dan buah2an ditata diatasnya. Toples-toples kecil isinya kue kering (ala lebaran), manisan buah pepaya (yang dikemas seperti rangkaian bunga), kue pengantin, aqua gelas dan nantinya (kalau ada tamu datang) disuguhkan juga jajanan pasar ala Sunda, ie, gulampo, lemper, semar mendem (gatau bahasa sundanya), puding hunkue, keripik, roti pandan, peuyeum, dll.
Semua penganan yang ada dimasak sendiri, enggak pesen katering. Nenek khusus nge-booking tukang masak tetangga untuk hajatan ini. Ibu ini bawa crew sendiri selain ada tetangga juga yang dimintain tolong buat ngebantuin hal2 permasakan dan sebagainya. Halaman belakang dekat kolam ikan khusus disulap dijadikan tempat masak.
dapur umum :-)

Suasana 'ngembohan'

Jamuan seperti ini, konon, memang adat di daerah ini untuk para tamu yang datang H-1akad nikah, atau yang biasa disebut 'ngembohan' cmiiw.
Di sini, para tetangga datang 'nyumbang' justru sehari sebelum akad nikah. Dan hebatnya sistem kekerabatan di kampung, biarpun cuman dengar sayup-sayup tetangga bakal mantu dan rumahnya nun jauh di gang depan kampung, para tetangga tidak perlu surat undangan untuk 'nyumbang' dan pasti bakal datang ke rumah. Inilah alasan nenek enggak bikin undangan *ngirit kaleee*.

Jumat (H-1), tamu2 berdatangan ba'da Jum'atan. Mereka dipersilakan duduk (di karpet), ngobrol2 sambil makan panganan yang disuguhkan, kasih tanda mata (amplop) lalu pulang. Sewaktu mau pulang, para tamu dibawain tas isi dus makanan berkat, yang isinya seperti biasa, nasi, kerupuk, oseng2 daging pedas, telur pindang, sambal goreng, puding, roti buaya (pesen di toko roti Ramona), dsb.
Malam harinya diadakan pengajian. Kali ini yang datang bapak2 tetangga. Errrr, aku enggak ikut, soalnya malam itu langsung pingsan habis ngelonin anak2.

katering rumahan, resepsi rumahan

Hari H Sabtu, pagi2 abis kelar ngurus anak, nunggu giliran disanggul. Sambil nunggu, aku bantu2 beberes meja buat resepsi akad. Menunya hampir sama dengan isi dus berkat, ditambah rendang, gurame, nasi lengko (pesan di tempat langganan), sup, buah2an, siomay (lengkap dengan gerobaknya), es krim.

D-day

Akad nikah dimulai jam 9. Tadinya kakek pengen diwakilkan ke penghulu aja, mengingat kakek baru dalam pemulihan sakit dan sejak sakit itu, beliau agak sulit untuk bicara. Tapi bapak penghulu yang bijak itu menolak permintaan kakek dengan halus dan gantinya akan menuntun kakek kata demi kata saat akad. Ah, moment ini paling mengharukan, mendengar kakek mengucapkan kata2 akad dengan pelan dan terisak. Padahal pas nikahan aku dan mba Tetet, beliau sama sekali enggak nangis. Entah apa yang ada di pikirannya. Mungkin ingat almh. Ibu, atau penyakitnya atau senang teramat sangat? Aku enggak mau tanya *mewek*.

Akad nikah dan resepsinya ini dihadiri keluarga dan tetangga yang kemarin kayaknya enggak sempat datang. Senangnya, keluarga dari almh Ibu juga menyempatkan datang. Memang biasanya peristiwa besar suatu keluarga dijadikan ajang silaturahmi biar anak2nya nantinya enggak 'kepaten obor' sama saudara2.

haiaaa.....dasar bocah

Ayesha plus keponakan2 juga happy banget di acara ini. Tadinya Ayesha mau dipakein kebaya, karena ngeliat Puput dandan dan pake kebaya. Tapi beberapa menit dia nya rewel minta dilepas, katanya sumuk dan risi. Kelar acara ini, anak2 langsung masuk ke kamar penganten maenan sama pakdhe dan budhe. Hadeeeh...menggangu penganten baru aja. 
Mbakku ini memang sangat dekat ama keponakannya, jadi kalau ketemu budhenya, anak2 seneng banget buat mainan bareng. Ayesha suka klayu (teringat2 kalau ditinggal pergi) sama budhe nya ini.

Hari Minggu siang, kita plus mertua pamit balik ke Bandung, karena pulangnya naik kereta. Pengennya agak lamaan disana, etapi suami kerja lagi dan Ayesha juga sekolah. Dia sih rada ngambek diajak pulang, nglendotan terus sama budhenya, disuruh masuk mobil juga nangis2. Baru setelah dibujukin dan diiming2 baru mau masuk mobil. Mungkin kerasa kalau budhenya enggak akan sering2 lagi ke Semarang, karena bakal diboyong suaminya ke Malang.

I'm so happy for you, Sist. I love you. I'll be missing you a lot.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe