Main Pagi @Undip
01.52
Acara pergi bareng anak ternyata enggak gampang ya? Ke mall? Bosen, boros (ini paling penting) dan jauh (maklum rumahnya di pinggiran). Ada sih hypermarket di jalan besar sono, tapi Ayesha kayaknya udah bosen sama permainan disana. Dia paling cuman bertahan lima menit di setiap wahana yang ada. Padahal kan aku dah bayar tiket masuknya *irit*.
Ayesha memang paling doyan main, terutama buat menyalurkan hobinya : berlari terutama di tempat yang lapang dan banyak pohon. Sounds so ndeso? *yowes ben*
Makanya dia paling suka main ke taman. Tapi, manalah ada taman di Semarang?
Tugu Muda? Oemjiiiii, masa aku harus berbaur dengan para abg alay di sana dan berfoto ria bareng mereka? Tidaaaaakkkkk >_<
Taman KB? Walaupun taman ini sudah di'rehabilitasi', kok nuansanya masih 'seram' ya, lagian juga jauh.
Beruntung diriku tinggal di dekat kampus tercinta Undip, almamaterku.
Kampus univ negeri, dimana-mana, identik dengan area yang luas, rindang dan jalan yang (lumayan) rapi. Undip Tembalang jauh berbeda dengan dekade lalu *angkatan tua*. Pohon2nya udah mulai tinggi, kecuali untuk beberapa kampus baru, yang kayaknya baru ditanam.
Tamannya mana? Memang enggak ada sih area yang khusus bisa disebut sebagai taman, tapi paling enggak banyak pohon dan sebidang tanah yang cukup buat Ayesha lari-lari dan main tanah. Kita biasa mampir di perpus dan rektorat. Saya biasa ngajak Ayesha sepulang sekolah atau pas weekend bareng ayahnya.
Weekend cuman naik patung sapi ajah senangnya minta ampun
Koleksi tanamannya belum terlalu banyak, tapi lumayanlah bisa buat ngadem. Pak Rektor, ayo donk bikin taman publik jangan cuman bikin lapangan buat upacara dan parkir aja.
Sayangnya, di beberapa lokasi, yang mungkin tidak terjamah petugas kebersihan, rumput awut-awutan, daun layu berserakan, jadi mirip kebon di kampung. Dan yang paling parah, di beberapa area terpencil dari beberapa fakultas, sampah bertebaran dimana-mana.
Adik-adik Undip, jaga kebersihan ya. Malu sama anak balita yang udah bisa komentar, "Sampahnya banyak ya, Bund. Kotor!"
Kampus ini juga belum bisa dibilang ramah pejalan kaki. Trotoar belum ditemukan sepanjang jalanan kampus, hanya ada di lokasi gedung-gedung fakultas atau rektorat dan dekanat. Mungkin dikira semua mahasiswanya pada pake kendaraan bermotor kali ya.Tapi kalau diamati, trotoarnya memang tidak terlalu banyak digunakan. Tebakan saya, cuaca Semarang yang puanasnya menggila ini membuat para mahasiswa atau akademisi lainnya pada ogah berlama-lama jalan di area kampus :))
Soal trotoar ini juga ada yang bikin saya rada takut buat berjalan disini. Selokan di samping trotoar itu loh yang lebar, dalam, punya tepian tajam. Usul buat pak Rektor, mbok ya selokan itu ditutup sama teralis besi ya, Pak. Pavingan di trotoar kan ada yang sempal, bergelombang, naik turun, jadi beresiko bikin pejalan kaki kehilangan keseimbangan, terus jalannya meleng dan jatuhlah di selokan tadi. Ini bukan imaginasi lebay loh. Ini kejadian nyata, Ayesha pernah nyemplung di got Undip ini.
Ceritanya pas kita lagi jalan di trotoar seberang depan kampus Mipa. Pavingannya memang ada yang sempal di beberapa ruas. Ayesha jalan duluan di depan sambil lari-lari kecil, saya di belakang, karena selain anaknya enggak mau digandeng, saya juga lagi masukin cemilan ke dalam tas. Eh tiba-tiba Ayesha terantuk paving yang sempal, terus oleng kekiri dan jatuhlah dia ke got. Saya sendir enggak sempat menolong. Huaaaa, nangislah dia beberapa menit. Sakit? Ya pastilah. Selokannya aja hampir sedalam satu meter. Jangankan anak kecil, saya aja harus hati-hati kalau jalan di trotoar ini. Jadi mohon diperhatikan keselamatan para pejalan kaki ya, Pak. Kalau bisa di trotoar juga diberi kanopi supaya lebih nyaman.
Kampus ini juga belum bisa dibilang ramah pejalan kaki. Trotoar belum ditemukan sepanjang jalanan kampus, hanya ada di lokasi gedung-gedung fakultas atau rektorat dan dekanat. Mungkin dikira semua mahasiswanya pada pake kendaraan bermotor kali ya.Tapi kalau diamati, trotoarnya memang tidak terlalu banyak digunakan. Tebakan saya, cuaca Semarang yang puanasnya menggila ini membuat para mahasiswa atau akademisi lainnya pada ogah berlama-lama jalan di area kampus :))
Soal trotoar ini juga ada yang bikin saya rada takut buat berjalan disini. Selokan di samping trotoar itu loh yang lebar, dalam, punya tepian tajam. Usul buat pak Rektor, mbok ya selokan itu ditutup sama teralis besi ya, Pak. Pavingan di trotoar kan ada yang sempal, bergelombang, naik turun, jadi beresiko bikin pejalan kaki kehilangan keseimbangan, terus jalannya meleng dan jatuhlah di selokan tadi. Ini bukan imaginasi lebay loh. Ini kejadian nyata, Ayesha pernah nyemplung di got Undip ini.
Ceritanya pas kita lagi jalan di trotoar seberang depan kampus Mipa. Pavingannya memang ada yang sempal di beberapa ruas. Ayesha jalan duluan di depan sambil lari-lari kecil, saya di belakang, karena selain anaknya enggak mau digandeng, saya juga lagi masukin cemilan ke dalam tas. Eh tiba-tiba Ayesha terantuk paving yang sempal, terus oleng kekiri dan jatuhlah dia ke got. Saya sendir enggak sempat menolong. Huaaaa, nangislah dia beberapa menit. Sakit? Ya pastilah. Selokannya aja hampir sedalam satu meter. Jangankan anak kecil, saya aja harus hati-hati kalau jalan di trotoar ini. Jadi mohon diperhatikan keselamatan para pejalan kaki ya, Pak. Kalau bisa di trotoar juga diberi kanopi supaya lebih nyaman.
Mulungin buah kersen, ternyata rasanya aneh, ya Nak *-*
Gedung almamater yang baru
Sejak tahun kemarin, konon S1 non-eksak udah pada dipindah ke atas.. (Huh, kenapa enggak dulu pas jaman aku, kan aku berangkat enggak perlu menempuh jarak berkilo2.)
Kebayang dekade lalu masih banyak tanah kosong yang ditanami singkong dan pisang, sekarang udah berdiri gedung-gedung besar. Sayang, untuk beberapa ruas jalan, masih belum di aspal lagi, masih berbatu, terutama yang jarang dilewati.
Kalau main pagi pas Sabtu, kadang masih banyak lalu lalang kendaraan, mungkin ada kuliah kali ya. Kalau enggak ya ketemu anak-anak Geodesi lagi ngukur tanah. *Untung dulu enggak milih jurusan ini. Bisa tambah item aku*
Kalau main pagi pas Minggu, biasanya ada pertandingan basket di teknik dan melipirlah kami kesana untuk melihat para brondong. Ayesha bisa heboh tepuk tangan dan teriak "yaeyyyy".
Kalau main malam pas Sabtu, Anda bisa menjumpai beberapa motor atau mobil parkir di bawah pohon rimbun nan gelap. Krrrrrr.....
Aksi jalan-jalan pagi super ngirit ini ditutup dengan makan pagi ditempat super ngirit juga yaitu di ....warteg dekat rumah. Sepiring buat Ayah, sepiring buat saya dan sepiring buat Ayesha, plus tiga es teh, bayarnya below 25k. Biasanya saya juga beli sayur dan lauk buat makan di rumah. Males ah masak kalo pulang udah siang hari gini, jadi mending beli jadi di warteg langganan ini. Pulang ke rumah, tinggal leyeh-leyeh, main game atau nonton film.
0 komentar