Weekend Naik Bus

06.49

Secara enggak sengaja, hari Sabtu kemarin kita perdana naik bus brt Semarang. Kenapa naik bus? Soalnya mau ambil mobdin Ayah yang ditinggal di kantor pas pulang kerja hari Jumat. Suami pulang kerja naik angkot karena ban mobilnya kempes. 
Bukannya dia enggak bisa ganti ban serep, tapiiii, secara jumat sore hujan turun teramat deras, mobil parkir di luar kantor, bengkel (mungkin) udah pada tutup, suami masa harus ganti ban di tengah-tengah hujan, kan enggak lucu. Akhirnya diputuskan hari Sabtu pagi mobilnya diambil.
Awal rencana cuman Ayah yang naik angkot ambil mobil trus naik ke atas lagi, eeeeh ndilalah anak wedok merengek-rengek minta ikut minta diangkut.
Karena rumah saya jauh dari jalan utama, jadinya kita bertiga naik motor dulu sampai ke Ada, sekalian nitip parkir motor di sini, terus jalan kaki ke halte bus terdekat. Tadinya mau naik angkot oranye, tapi teringat sudah ada TranSemarang yang udah lewat jalan Setiabudi, jadilah kita sepakat mau nyobain.

Bus brt yang lewat jl. Setiabudi ini warnanya merah menyala dan ukurannya kecil. Halte busnya ada di depan Bank Syariah Mandiri. Tunggu aja, ntar tinggal lambai tangan, bus nya berhenti. Err, kok kayak cara baheula ya? Mungkin karena haltenya belum jadi dan belum ada pegawai halte jadi masih kayak gitu kali ya?

she's so excited

Bus nya memang bersih, rapi, dingin (ber-AC) dan lega (mungkin karena bukan jam kerja/sekolah). Kursinya bersih (walo enggak empuk), bunyi mesinnya bersih (enggak terdengar mengkhawatirkan), lantainya kayu (enggak keliatan ada lantai yang bocel-bocel), sopir/kondekturnya berseragam, pegangan tangan atasnya masih bersih (belum mengelupas). Bus ini boleh dibilang nyaman dibanding bus kecil sejenis milik swasta/perorangan dengan jurusan sama. Saya bilang gini karena emang udah sering naik bus-bus kecil itu, jadi tau rasanya gimana *keliatanstratasosialnya*

Ayesha?Dia excited banget. Tadinya duduk dekat pak supir, tapi terus minta pindah ke kursi belakang, dan berdiri di kursi melihat kendaraan di belakang. Dasar katrok ^_*

Tujuan kita ke Simpang Lima, tapi katanya nanti transit dulu. Untungnya di bus ini, saya sebelahan dengan Mbak/Ibu yang kerjanya di brt. Jadinya bisa tanya-tanya. 
Sayangnya info tentang brt ini memang masih minim. Info rute, info biaya, info jam operasional, info cara kerja, dll, enggak ada dan enggak disosialisasikan. Pokoknya buat yang baru naik kerasa membingungkan.

Misalnya, saya kan tujuannya Simpang5. Pas mau naik bus ini, katanya lewat Simpang5, ternyata pas masuk, kondekturnya bilang nanti transit. Dimana? Akhirnya saya tanya ke mbak karcis, nanti turun di SMA 5 lalu naik bus yang ke arah Penggaron, tapi karcisnya jangan hilang ya. Ok!
Harga karcis orang dewasa Rp 3.500 dan anak-anak Rp 2.000 (tulisannya pelajar). Sampai di SMA 5 kita turun, kasih karcis ke panjaga halte dan bilang mau ke Simpang5, terus karcisnya di coret dan dikasih ke kita lagi.

Bus yang menuju simpang5 memang lebih besar dari yang ke arah jl Setiabudi/terminal Sisemut Ungaran. Di sini kita enggak ditarik bayaran lagi, kan udah ada karcis tadi. Saya enggak jelas apakah karcis itu untuk satu  tujuan atau satu kali transit.

lumayan spacious

Karena kantor ayah di jl. Pahlawan dan di ruas sepanjang jalan itu enggak ada brt yang lewat, jadi setelah turun di halte brt depan Citraland, dilanjut naik angkot carry oranye yang arah Java mall.

Ternyata pengalaman naik brt ini memang menyenangkan buat Ayesha, karena pas mau naik angkot, dia protes keras sambil merengut, "Aku enggak mau naik angkot! Aku maunya naik bus ajaaaaaa!"
Saya juga udah niatin, ntar kapan-kapan mau nyobain keliling Semarang naik brt bareng keluarga ah.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe