Untuk tahun ajaran 2020/2021, pendaftaran sekolah negeri untuk jenjang SD-SMA, dilaksanakan secara full online, untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Orangtua maupun siswa sama sekali tidak diperkenankan datang ke sekolah untuk mengurus pendaftaran, kecuali ada keperluan penting yang memang harus diselesaikan di sekolah yang bersangkutan.
Orangtua tidak perlu menyerahkan nilai rapor ke sekolah, karena nilai rapor semua siswa telah di imput secara komputerisasi ke Diknas oleh para guru wali kelas. Seperti postingan saya sebelumnya, bahwa nilai yang diambil adalah nilai teori mapel IPA, Bahasa Indonesia dan Matematika mulai Semester 1 Kelas 4 sampai semester 1 kelas 6. Jadi nilai selama 5 semester.
Sampai hari H pendafataran pun, saya enggak tahu detail akumulasi nilai rapor anak saya berapa. Mau tanya ke Bu Guru juga rada sungkan. Kasihan lah, beliau pasti udah repot ngurusin input nilai ini dan segala keriwuehan kelulusan. Jadi saya hitung sendiri. Cukup lihat ketiga mapel itu, dan ambil rata-rata. Hasilnya hampir sama dengan nilai yang nntinya tertera di rekam Diknas.
Gemesnya dengan PPDB online ini tuh.......jadwalnya mepet banget dengan mulainya tahun ajaran baru. Deg-degan? Iya......Soalnya saya memang hanya mendaftar ke sekolah negeri buat Ayesha, dan sama sekali belum mendaftar sekolah swasta cadangan. Melihat statistik pendaftaran tahun 2019, peminat sekolah negeri memang jumlahnya banyak sekali. Kalau enggak keterima, harus siap-siap mendaftar sekolah swasta. Tahu sendiri, untuk sekolah swasta yang kredibel, pendaftaran setelah pengumuman PPDB, pastilah kena uang masuk yang gede banget jumlahnya.
Seperti tahun sebelumnya, pendaftaran SMP Negeri berdasarkan zonasi domisili siswa. Cukup masukkan nomor KK anak di situs PPDB, lalu akan muncul pilihan 4 SMP yang sesuai dengan zonasi kita. Pilihan 1 harus sesuai zonasi, sedangkan pilihan 2 dan seterusnya bisa di luar zonasi. Tapi sebaiknya pilihlan sesuai zonasi.
Kenapa? Karena kalau kita mendaftar di luar zonasi, poin NAP (nilai akhir peringkat) akan berkurang 10 poin, which is pasti enggak akan keterima di sekolah luar zona. Nilai prestasi bakal menolong kah? Enggak. Mungkin kalau anaknya juara Olympic peraih medali emas 400 m renang freestyle mengalahkan Michael Phelps, baru bakal bisa masuk ke sekolah favorit zona 4 sekalipun.
Dari 4 pilihan SMP yang tersedia di zonasinya, pasti orangtua sudah bisa memilih memilah sendiri peringkat masing-masing. Biasanya jenjang pilihannya seperti ini :
Sekolah Pilihan 1 : Favorit
Sekolah Pilihan 2 : Lumayan
Sekolah Pilihan 3 : Cukup
Sekolah Pilihan 4 : Biasa
Tapi semuanya juga harus sesuai hitung-hitungan rumus NAP. Rumus ini bakal tertera di website pendaftaran. Jadi ortu murid bisa lah ya ngitung sendiri, Misalnya pas kemarin tahun 2020 rumusnya kayak gini :
NAP = 100/69 (NZ + 1/150 NR + NP + NL)
NP | : | Nilai Prestasi | ||
NL | : | Nilai Lingkungan | ||
NR | : | Jumlah Nilai Rapor SD atau bentuk lain yang sederajat kelas 4, 5 semester 1, 2 dan kelas 6 semester 1 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA dalam rentang puluhan. |
*sesuai laman ppdb tahun lalu
NZ : nilai zonasi. Bila sesuai zonasi (zona 1) dapat 50 poin, kalau di luar zonasi (zona 2 dst) dapat 40 poin.
NP : nilai prestasi. Kalau punya prestasi dan sudah verified oleh Diknas, ada penambahan poin tersendiri. Kalau enggak ada, 0 poin.
NL : nilai lingkungan. Seberada dekat jarak rumah, yang tertera di KK, dengan sekolah pilihan. Kalau se RT atau tetanggaan sama sekolah inceran, poin nya maksimal 4. Kalau beda RT RW atau malah di luar kelurahannya, ya 0 aja ya.
NR : nilai rapor. Lihat dan hitung sendiri sesuai nilai rapor (yang bagian teori) atau, kalau enggak sungkan, tanya guru wali kelas.
Kalau udah dapat nilai NAP hasil hitung sendiri, untuk menakar sejauh mana kans anak kita bisa masuk sekolah tujuan, kita bisa lihat hasil seleksi tahun sebelumnya. Walaupun rumus NAP bisa aja berbeda setiap tahunnya, tapi NAP terendah yang diterima enggak akan berbeda jauh. Kisarannya hampir sama. Hanya saja di laman statistik hasil seleksi penerimaan, enggak tercantum NAP terendah yang diterima, Yang tertera hanya NR (nilai rapor terendah).
Anak dengan nilai rapor rendah tapi dia punya prestasi (yang sudah tercatat dan terverifikasi Diknas), pasti NAP nya akan naik signifikan. Tapi kalau ada anak dengan nilai rapor bagus, tapi dia nil prestasi luar sekolah, kemungkinan besar NAP nya akan kalah dengan anak yang berprestasi walaupun nilai rapor nya rendah. Kok bisa? Ya memang gitu. Bisa saja siswa dengan nilai terendah itu punya segudang prestasi tingkat nasiona yang memungkinkan dia bisa lolos seleksi di SMP tersebut. Jadi jangan terkecoh dengan jumlah nilai terendah yang tertera di masing-masing laman SMP.
Umur juga merupakan faktor berpengaruh. Bila ada dua atau lebih siswa yang mempunyai NAP sama, maka sistem akan memprioritaskan siswa dengan kelahiran tertua berada di peringkat teratas dahulu.
Untuk cari tahu nilai NAP terendah suatu SMP, bisa dicari peringkat terendah yang diterima. Misalnya kalau jumlah siswa yang diterima 256, maka carilah siswa dengan peringkat terendah dalam zona (DZ), biasanya sekitar . Disitu terlihat nilai NAP terendah yang diterima. Ribet amat ya? Embeeerr.......kalau sudah pede berbekal nilai maksimal, ya enggak usah repot-repot ngitung and nyisir peringkat yang ada di sekolah pilihan.
Contohnya seperti skrinsut saya di atas, diambil dari hasil seleksi tahun 2020 di SMP X . Yang saya lingkarin itu siswa dengan peringkat terendah yang diterima dengan NAP nya. Kalau diperhatikan NAP siswa peringkat terendah, berbeda dengan nilai terendah reguler yang tertera di statistik SMP tersebut. Jadi memang yang harus diperhatikan NAP nya. Jelas ga? Nek ra jelas, hadeehh....wkwkwk
Tahun lalu penerimaan pilihan 1 dalam zonasi hanya 50%, sisanya untuk affirmasi (ekonomi rendah), inklusi, dll. Kalau masih ada sisa kuota, maka siswa yang enggak terjaring di pilihan 1, akan dilimpahkan ke SMP pilihan ke dua. Kalau di pilihan kedua enggak masuk, ya nanti ke pilihan 3, dst, asal nilainya memang mencukupi.
Tahun 2021 ketentuan kelulusan sudah diumumkan oleh mas menteri Dikbud. Setelah baca beritanya, syaratnya sama seperti tahun lalu ya, Yang pasti UN tahun ini dihapuskan. Yeyyyy. Aku ikut senang xixixix 😀😀😀
Ketika pendaftaran sudah dibuka, slow aja, pelan-pelan enggak usah terburu-buru karena ada waktu 5 hari buat menentukan pilihan. Penerimaan SMP Negeri juga bukan berdasarkan cepet-cepetan mendaftar, dan setelah pilihan sudah diposting, tidak akan bisa direvisi. Selama tenggang waktu itu, kita bisa melihat berapa minimal nilai yang akan diterima di sekolah pilihan, karena peringkat siswa akan bergerak dinamis. Peringkatnya bisa tetap atau. kalau kurang beruntung, bisa terlempar jauh. Nah, gak mau dong kalau ini terjadi. Beberapa kejadian, ketika anak diterima di sekolah pilihan ke 2, 3 atau 4, kesempatan itu enggak diambil karena anaknya ngambek dan ortu juga enggak mau. Padahal banyak siswa dan ortu murid di luar sana yang berharap dapat diterima. So, pikir baik-baik dan bijaksana dalam memilih sekolah.